Monday, May 8, 2017

Sekejap dalam Terang Berderang

"Saya ingin menjadi presiden, saya ingin membenahi negeri ini !!" seru kang Nono dengan lantang sambil memukul-mukulkan kentongan.

Sangat kreatif kang Nono ini, agaknya ia pernah belajar sedikit tentang alam bawah sadar, mungkin benar. Ia membangunkan orang-orang sahur dengan teriak-teriak kata tersebut berkali-kali agar segera terbangun raga yang masih tertidur didinginnya malam-pagi atau pagi-malam-pagi-buta  menjelang waktu subuh, serta pesan yang dibawa oleh kang Nono bisa masuk ke qalbu ke jiwa ke alam bawah sadar orang-orang.

Lelah juga agaknya kang Nono setelah berputar keliling kampung membangunkan orang untuk tidak telat memakan sahur. Hikmah rutin yang didapatkan kang Nono ialah setiap selesai melakukan "serangan-fajar"nya, kantung kresek hitam yang selalu ia bawa sudah mesti terisi makanan buahan sayuran nasian cemilan pokoknya yang bisa dimakan untuk sahur, diberi dengan ikhlas oleh orang kampung yang berterima kasih atas aksinya tersebut.

Lumayanlah hemat biaya makan pas bulan Romadhon, tapi ingat atuh kang Nono jangan dimanfaatin itu bulan Romadhon, jangan seperti orang atas yang bikin program bantu orang bawah eh lah kok ternyata malah cari obyekan buat dirinya sendiri.

Kang Nono tak lupa juga dengan dataran yang dipijaknya, dari hasil "profesinya" memberi semangat membenahi negeri ini sering pula ia makan bersama dengan kawan-kawan se-"profesi"-annya. Kalau hanya dapat kurma 5 keping juga dimakan bersama-sama ditambah minum air putih yang banyak agar awet kenyangnya.

Kang Nono yang mengabdi di kampungnya sebagai garda terdepan keamanan dan kenyamanan kampung, disaat bulan Romadhon kang Nono menyerahkan kepada masing-masing individu yang berpuasa. Toh orang puasa minimalnya bisa nahan hawa nafsu, gak berbuat keonaran. Kecuali si Onal pada cerita sebelumnya yang emang tukang bikin onar.

Taukan maksudnya paragraf di atas ? kang Nono berpuasa sambil bertidur sejak ngobrol-ngobrol setelah subuh hingga adzan duhur terdengar, itu pun kalau terdengar. Singkat cerita kang Nono menghabiskan waktu puasa dengan bobok.

Salah satu yang membuat kang Nono bersemangat adalah ketika ia ditanya tentang pahlawan-pahlawan Indonesia. Terperinci sekali penjelasan kang Nono ini, pahlawan dari Aceh Jawa Kalimantan Sulawesi hingga pahlawan tanpa tanda jasa pun diceritakannya. 
Agaknya kang Nono lebih cocok untuk pahlawan yang terakhir ini.

Ketika di masjid-mushola lain semua orang menunggu bukaan puasa hari ini, namun berbeda dengan mushola yang satu ini. Semua orang menunggu kang Nono bercerita tentang pahlawan, ditemani Mas Ali, kang Nono menceritakan dengan cara guyonan dan peragaan-peragaan yang aneh-aneh jadilah tambah betah karena guyonan dobel itu. Lawan main lakon kang Nono adalah si Onal, kalau-kalau ada nama pahlawan yang ada huruf R-nya mesti disuruh kepada si Onal untuk mengulangi, Sudilman Diponegolo Sukalno Ucil Uslok Pak Laden. Sambil nyengir si Onal.

Oke, kembali ke kang Nono. Tak terasa sudah orang-orang menjaga puasanya hingga adzan magrib sembari nonton "wayang-orang-kang-Nono". Karakter kang Nono mengenai kenegaraan agaknya cocok untuk bulan Romadhon, karena ia telah menghadirkan semangat perjuangan, tak hanya perjuangan lapar dan haus, lebih dari itu perjuangan untuk bangsa dan negara harus tetap dilakukan meskipun badanmu lemah badanmu tak cukup tenaga badanmu sedang nyaman dalam dingin, tapi jiwa semangat tetap membara.

***
"Saya ingin menjadi presiden, saya ingin..." orasi kang Nono saat kampanye pilpres.

Mei, 2017.

Saturday, May 6, 2017

Pemuda Di Pertempuran Singkat

Ia bernama Purno namun saat perkenalan dirinya menyebut Pulno dengan keahlian merubah R menjadi L alias sebutan populernya cadel. Di kampung Purno selalu membuat onar maka mendapat julukan Onal dengan khas cadelnya. Si Onal sering membuat gaduh memanjat pohon mangga tetangga, mengejar ayam peliharaan orang, memaksa kucing untuk memakan makanan yang ia berikan, begitulah keonaran yang Onal lakukan. Sehingga warga kampung terkadang sangat kesal bila anaknya bermain-main dengan si Onal, alasannya takut tertular nakal, bahkan dekat 5 meter pun sudah diberi lampu kuning, peringatan, oleh orang tua masing-masing anak.

Penulis hendak menghadirkan karakter lain pada diri si Onal selain memang dirinya memang tukang bikin onar. Si Onal juga saban sore hari rajin betul menyambangi mushola untuk mengaji, jam  mengaji yang dimulai ba'da ashar, si Onal datang sebelum ashar. Bukan si Onal kalau tidak dengan perilaku khasnya. Si Onal datang sebelum ashar hanya menunggu jam mengaji, kalau adzan dan iqomah tlah terdengar, si Onal hanya duduk di pojokan mushola, tak ikut jamaah sholat Ashar. Memang aneh si Onal ini. Tapi tak apalah ketimbang pas solat jamaah dia bikin onar, batin orang-orang.

Enaknya kalau sepulang solat ashar adalah sandal sudah tertata dengan rapi. Pelakunya yah si Onal lagi si Onal lagi. Aneh memang kelakuannya.

Dilihatnya oleh orang-orang sembari memakai sendal masing-masing bahwa si Onal asik membuka-buka buku iqra'nya. Hanya berkomat-kamit tanpa suara dia membaca iqra'nya. Kadang kalau ketahuan berkomat-kamit malah si Onal beradegan macam dukun-dukun di tv dengan mata dipejamkan lalu tangan diayun-ayunnya ke samping dan ke depan, akhirnya semburan keluar juga dari mulut si Onal. Meskipun semburan tanpa air, adegan terakhir tersebut berhasil membuat orang yang melihatnya ingin melemparkan sendal kepadanya, untung saja mushola itu adalah tulisan "Batas Suci".

Setelah waktu ngaji dimulai seperti biasanya oleh Mas Ali diberi kesempatan untuk para santrinya bertanya. Apapun pertanyaannya, segala macam, umum, bebas, pokoknya akhir kalimat bernada tanya boleh diungkapkan. Mata Mas Ali pertama-tama selalu tertuju pada si Onal karena gemar sangat ia diabsen bertanya pertama.

Pertanyaan Onal hari ini adalah apa toh NKLI itu mas ustad ? kok di tipi-tipi NKLI halga mati.
Mas Ali menjawab NKRI itu Negara Kesatuan Republik Indonesia, harga mati itu maksudnya yah kita harus mempertahankan kesatuan persatuan Indonesia ini.
Oh gitu toh mas ustad jawabnya si Onal sembari matanya melihat ke atas sambil tangannya memegang dagunya, macam orang berpikir serius.
Mas Ali yang sudah hafal dengan gelagat si Onal yang demikian sengaja menunggu, pasti ada pertanyaan tambahan lagi.

Tapi mas ustad, kenapa kok negala kesatuan leruplik indonesia ? gak yang lingkas-lingkas aja gitu lho, negala indonesia atau enggak lepublik indonesia kan udah masyhul (masyhur). Kenapa kok pake kesatuan, emangnya dulu indonesia pelnah jadi dua yah telus jadi satu.
Mas Ali ogah-ogahan menjawab karna bingung juga, mungkin pbaca bisa menjelaskan alasannya kenapa, pokoknya dulu Belanda itu bikin sebutan RIS (Republik Indonesia Serikat) terus sama Pak karno diubah menjadi NKRI. Udah atuh Nal, temen yang lain mau ada yang bertanya tuh, nanti waktunya habis ngeladenin kamu.

Si Onal langsung melotot pada teman-temannya sambil menoleh ke kanan ke belakang kemudian ke kiri ke belakang, pasang muka garang niatnya, lalu nyengir deh seperti biasanya ke Mas Ali.
Saat pertandingan sepak bola pada babak final piala Jaya Wahana Sakti biasa disingkat JWS yang mempertemukan antara Indonesia dengan Malaysia. Si Onal ikut nimbrung nonton bareng di warung, tentunya si Onal tak membeli makanan apapun di warung juga tak duduk di warung, lebih tepatnya di seberang warung. Lumayanlah bisa bersemangatkan Indonesia kalau mendukung tim sepakbola Merah Putih.

Derita nonton di seberang warung ialah kadang hanya melihat kepala atau punggung penonton, yang penting suara masih terdengar, atmosfir Merah Putih membara.
Jengkel juga si Onal kalau melihat punggung orang lama-lama, diserbunya dengan kerikil orang-orang yang ada di warung itu. Kemudian berlarilah si Onal ketika orang-orang sadar bahwa yang menimpuki dengan batu ialah dirinya. Berlari sambil berteriak dengan lantang "INDONESIA" diiringi tepukan tangan dengan tempo cepat sebanyak 2-2-1, begitu terus sampai si Onal berlari jauh.
Orang-orang di warung dan pemilik warung geram dengan keonaran si Onal, mengacung-acungkan tinju mereka berkata diulang-ulang. Nah Si Onal. Nah Si Onal.

NAH SI ONAL.



Mei, 2017

Friday, May 5, 2017

Tidur Semalam Aku Ditemani oleh Cak Nun

Melihat berkali-kali secara langsung saat "pengajian" bareng beliau di Surabaya maupun Gresik, namun hanya sekali saja aku berhasil menjabat tangan Cak Nun, yaitu pada tadi malam, saat aku bermimpi bersama Cak Nun. 

Mimpinya seperti terasa nyata, dan aku memang inginkan pertemuan tadi malam menjadi kenyataan. Beliau dengan saya saling bersalaman kemudian bertutur bahwasannya saya pandai pidato dan orasi. Lha kok si Cak Nun kawe ini lucu, saya ini sangat pemalu kok bisa-bisanya pandai pidato dan orasi.

Tak berhenti sampai disitu saja, hingga aku dipanggil oleh Cak Nun, ingin diberitahukan atau apalah itu namanya, pokoknya saya merasakan pada waktu itu duduk bersila di depan orang-orang yang tidak saya kenal. Dan mereka menyebut-nyebut angka 6 atau mungkin keenam. Saya lupa.

Yang sangat saya khawatirkan ialah apakah Cak Nun hendak berhenti atau dihentikan oleh dirinya sendiri (entah mengapa dalam mimpi pun, orang bisa berprasangka. Atau inikah rasanya mengendalikan perasaan dalam mimpi). 

Saat Cak Nun mengadakan acara di serambi mekkah atau Aceh (entah juga kenapa mesti di Aceh), saya menghadiri acara beliau disana. Namun, karna kelelahan perjalanan, waktu bergulirnya acara, saya pun tertidur.

Tolong... ini hanya mimpi. Bunga tidur kata orang-orang bilang. Dan saya ingin bunga itu harum semerbak terus, hingga tinggal satu kelopak bunga saja pun.

Cerpen yang pendek

Dalam dunia yang gelap dan gulita terjadi getaran hebat. Getaran ini tak dapat dilihat, namun rasanya sangat memuakkan. Sangatlah kacau, hingga manusia pun kebingungan merangkaikannya agar bisa dimengerti yang lain.
Kehebohan ini dimulai ketika puisi dan pantun saling membanggakan dirinya sendiri. Puisi memuji dirinya paling halus lembut karna mengekspresikan hati, serta bisa keras dan menggetarkan dikala ingin mendobrak hati. Namun, pantun yang juga memiliki karakteristik demikian adanya pula ikut menimpali bahwa sejarah peradaban manusia tak dapat dipisahkan dari diri pantun.
Setelah lama-lama beradu "bangga", keluar jugalah jumawa mereka. Puisi menyebut-nyebut Gibran, pantun menyebut-nyebut kebudayaan Melayu. Puisi menunjuk pantun kuno dan hampir punah, pantun menunjuk puisi bodoh dan tak lagi berestetika.
Maka, ikutlah berduduk si filsafat. Cinta kebijaksanaan yang satu ini hendak menengahi agar tidak menimbulkan kegaduhan yang berlarut-larut. Akan tetapi, karena bijaksananya filsafat hingga tertuduh ikut-ikut membanggakan dirinya sendiri bukan melerai. Karna filsafat juga mengikut-ikutkan abad-abad sebelum Masehi.
Bertigalah mereka mengguncang-guncangkan tempat gelap gulita tersebut. Dari perdebatan yang sengit ini, ditakutkan tempat yang aman, gelap, sunyi, dan gulita akan menjadi bersuara bermusik bercahaya berwarna bernuansa. Karena seyogyanya mereka menyukai kerahasiaan.
Turunlah ayat suci, berada di tempat perdebatan ketiga makhluk tersebut, ayat suci seperti utusan yang memang ditakdirkan hendak mendamaikan sesiapa sahaja. Ayat suci menyebut bahwa ia ditulis Ilahi agar supaya kejadian perdebatan menjadi persahabatan. Pertikaian menjadi keakraban. Begitulah kiranya ayat suci mengambil peran.
Ayat suci berpendapat kedudukan sesuatu itu bergantung kepada siapa yang membuatnya.
Filsafat kelihatannya mengambil langkah cepat berargumen bahwa kami juga diciptakan oleh Yang Maha Membuat oleh Yang Maha Berpikir, makanya kami ada. Pantun menjawab Ia tak dibantu namun membuat segala, kami dari Yang Satu ialah Allah Ta'ala. Puisi melengkapinya dengan sang fajar sang matahari sang surya sang senja dari situ aku merasai cinta dari-Nya.
Benarlah memang adanya, bahwa semua ini diciptakan oleh-Nya.
Aku huruf, kalian berempat (puisi pantun filsafat ayat suci) hanyalah dari kalimat, kalimat dari kata, kata dari huruf. Maka apa yang engkau banggakan bila tiada huruf. Tanpa ada kata, semua ini tiada. Tanpa ada kata, ku tak bisa bercerita. Tanpa ada kata, perpisahan hanya di alam pikiran.
Hingga jatuhlah tempat gelap yang menjadi perdebatan sengit itu, jatuh sejatuh jatuhnya. Jadi apakah tempat tersebut ?? jadi terang kah atau bersinar kah ?? entahlah.

Mei, 2017.