Sunday, December 29, 2013

Angin Petualangan (Blitar-Trowulan)


Perjalanan yang saya dan kawan-kawan saya bagikan kali ini adalah perjalanan pada kota tetangga Blitar dan Mojokerto. Pelancongan kali ini tidak terencana sebetulnya tempat mana, tidur di mana, makan apa, naik apa ?? yang sangat terbatas oleh waktu 2 hari.

 Setelah perundingan kurang matang -bahkan belum matang- kami niatkan beli tiket kereta ke Kota Blitar dengan mendudukan badan di kereta Penataran Dhoho berangkat pada pukul 07:30.










Di dalam Kereta kadang kita isi waktu dengan hal-hal yang tidak begitu penting -ngobrol, bergurau, bermain handphone, tidur- dan kadang juga dengan yang bermanfaat contohnya membaca buku. Dan jangan lupakan foto-foto :D

 Buku yang dibaca pun hanya satu dibuat secara gilir-bergilir, bila satu orang sudah bosan membaca maka diberikannya buku tersebut pada kawan satunya.



 Kemudian, keluarlah kami dari kereta karna sudah sampai ke tempat tujuan tiket kami. Saya tengok jam dinding yang ada di stasiun jarum pendek menunjuk hampir ke angka 1 dan jarum panjang berada diangka 9 kurang sedikit. Kami berjalan keluar stasiun dan menuju Alun-alun Kota Blitar dengan jalan kaki mengikuti jalan aspal lumayan besar diselingi kendaraan yang agak jarang. Di Alun-alun kami tak lupa "narsis" sedikit :D

 Kami langkahkan lagi sepasang kaki menuju Makam Bung Karno (Bapak Proklamator Indonesia) meninggalkan Alun-alun Kota Blitar. Ditengah perjalanan kami, kami seperti dilempar dari atas dengan sesuatu benda bukan kayu, batu ataupun sampah, tapi kami dilempar air hujan dari langit. Dengan terpaksa kami mencari teduhan yang melindungi kami dari penyebab basahnya pakaian kami.

Angin membawa kami dan tak terduga dan tak dinyana kami berteduh di Stadion Kota Blitar yang sedang dalam perawatan rumput, dengan kesempatan ini kami berfoto dari atas tribun penonton.
 Kami melihat-lihat sekitaran atas langit dan hujan tak lagi turun kami lanjutkan plesir kita ke kota orang ini.


 Kami singgahkan sepuluh jari kaki kami pada sebuah vihara pinggir jalan, lagi dan lagi gelora anak muda itu timbul yaitu mengabadikan diri kami di depan Vihara (yang saya lupa namanya).



 Dan setelah beberapa waktu kami akhirnya sampai juga pada kompleks Makam Bung Karno yang juga terdapat sebuah musium lumayan besar juga. Narsis kami tetap saja berlanjut.

 Di dalam musium terdapat banyak koleksi-koleksi sejarah milik Bung Karno dan juga yang berkaitan dengan beliau pada masa-masa perjuangan. Juga sebuah patung beliau yang besar berada didepan yang bisa dikatakan megah.
Di patung tersebut beliau berpoese duduk dengan memangku kakinya kiri diatas kaki  kanan. Dan membawa sebuah buku, dan entah buku apa yang beliau baca, saya berharap bukan komik.


Setelah kami memutari musium yang ada didalam kami menuju keluar dan terdapat relief-relief bertemakan nasional Indonesia, mulai seputar pembacaan teks proklamasi dan relief kepulauan Indonesia.

 Karena kami merasa sungkan dan menghormati makam beliau (bukan karena syirik lho yaa), kami tidak berfoto-foto disamping makam atau di dalam pendopo meskipun berfoto-foto disana diperbolehkan. Sebagai gantinya kami berfoto di teras masjid bisa disebut mushola karena ukurannya yang menjurus kecil yang ada di depan pendopo. Berbarengan kami juga menunggu hujan reda juga.
 Yang saya sayangkan mushola dekat makam tersebut sudah dilengkapi lampu di atas-atas tapi instalasi listrik belum bisa menjakau lampu tersebut. Ketika saya tanya secara pribadi pada penjaga kompleks makam, ternyata kompleks makam tersebut buka tidak sampai malam yang menjadi penyebabnya. Seusainya sholat Maghrib di dalam mushola yang gelap tadi, kami undurkan diri dari kompleks makam Bung Karno berjalan kaki menuju Stasiun guna membeli tiket dengan dipayungi oleh lampu kota Blitar dan hujan gerimis.

Setelah kami tiba di stasiun Kota Blitar ternyata stasiun sudah tutup dan buka kembali pada esok harinya, alhasil kami mencari penginapan. Dan bertemulah kami pada sebuah rumah yang pemiliknya Maha Pemurah, yaitu Masjid Allah.

Keesokan harinya kami pergi ke stasiun pukul 4 dini hari, yang kebetulan kereta belum berangkat dan tiket masih ada menuju Surabaya. Kami pun akhirnya naik kereta dan berfoto-foto juga sambil meneruskan tidur lagi... . :D


 Didalam kereta yang melaju dan tak jarang pula berhenti pada setiap-setiap stasiun, kami merundingkan lagi mau kemana lagi ini ?? Kemudian muncullah ide dari sesepuh kami (yang paling tua :D), karena kita mengambil jalur Blitar-Surabaya lewat jalur Kertosono. Maka kami niatkan untuk turun di Stasiun Mojokerto dan jalan-jalan di Trowulan. Diceritakanlah sedikit tentang Trowulan tersebut bahwa di daerah tersebut banyak terdapat peninggalan candi-candi dari zaman kerajaan dulu.

 Jeng-jeng..... Akhirnya kita sampai di Stasiun Kota Mojokerto, kami keluar dari kereta dan menuju suatu kamar kecil guna sedikit membasuh muka karena tidur di kereta tadi. Kami pun tak lupa makan dulu di depan Stasiun, dan makanan yang mendapat keberuntungan telah kami datangi adalah Pecel Tumpang Buk Nn (No name atau kami tidak tau namanya :D). Saya tidak mau banyak komentar tentang makanan tersebut, nyang penting maknyusss (maaf Pak Bondang).


 Setelah usai menyantap sarapan, kami lanjutkan naik bemo saja karena cuaca panas terik dan sekaligus menghemat tenaga yang kemudian berdampak juga pada penghematan uang :D.

 Setelah turun dari bemo yang tepat turun di jalan besar lintas kota Surabaya-Jombang. Kami teruskan jalan kaki lagi, tak usah menunggu berapa lama kami sampai di Kolam Segaran. Coba tebak, Apa yang kami lakukan di tempat itu ?? Ya.... betul foto-foto lagi he..he.. .


Cusss... (wook alay) kami lanjutkan perjalanan menuju Candi Tikus. Saat kami sedang berjalan tampaklah orang-orang di pinggir jalan melihati kami seolang-olah mereka berpikir ada 3 orang gila dari kota yang jalan kaki sekitar 4-5 kilometer di bawah teriknya mentari. Tapi, tak jarang juga yang menyapa kita dan kami pun membalas sapaan ramah mereka :).
Kami sempat kebingungan mencari jalan menuju Candi Tikus, kemudian kami bertanya pada orang pinggir jalan (so, malu bertanya sesat di jalan kan).
 Alhasil kami jalan sawah-sawah dan sungai-sungai, serta kiri kanan banyak terdapat gubuk-gubuk besar pembuat batu bata milik warga sekitar, ini yang membuat nilai tersendiri dari perjalanan kami menuju Candi Tikus.








 Akhirnya, dari akhirnya oleh akhirnya untuk akhirnya kami sampai di Candi Tikus, Trowulan, Mojokerto. Kami istirahatkan diri dan melihat-lihat Candi Tikus dengan berkeliling sekitaran Candi Tikus.


Sampai pada waktunya kami lelah dan ingin kembali pada kota kami bermukim. Kami tempuh perjalanan pulang lagi dengan jalan kaki, tapi kami lihat di jalan banyak truk-truk besar pengangkut batu entah dari mana hendak menuju jalan besar. Kami pun melambaikan tangan pertanda ingin menumpang, malang tak dapat dielakkan. Beberapa truk berlalu begitu saja.
 Semua kemalangan itu pasti terdapat kehikmahan didalamnya. Begitupun dengan kami, andaikan kami sudah menumpang truk kami tak akan mampir ke Gapura Bajang Ratu. Kembali angin membawa kami ke tempat yang bersejarah. Semangat kami untuk berfoto-foto bertambah kembali dan cek fotonya... :D


 Dengan dipayungi oleh awan mendung agak gerimis kami menikmati tempat ini. Dan kebetulan cukup sepi sehingga kami leluasa berfotonya. :D


 Setelahnya puas dan cukup waktu kami beranjak kembali menuju jalan lintas kota Surabaya-Madiun, dan kami pun sudah putus asa hendak menumpang truk-truk yang berlalu lalang. Sehingga kami hanya melambaikan tangan sekedarnya saja tanpa berharap banyak. Dan datang juga truk yang dibimbing oleh Sang Pemilik Angin memberi tumpangan kepada kami ber-3. Sekali lagi kami bersyukur. Bukti foto kami menumpang truk, cek dan ricek...

 Demikianlah perjalanan petualangan kami di 2 kota orang yang diakhiri dengan naik Bus Sug*ng Raha*u menuju terminal Purabaya (Bungurasih).

---------------------------------------------
Perkiraan Biaya :
- Tiket Kereta Surabaya-Blitar 5.500/orang
- Makan pinggir jalan + minum kira-kira 6.500/orang
- Membeli gorengan pinggir jalan 10.000 untuk 3 orang (walaupun gak habis)
- Minum Susu panas malam hari 2.000/orang
- Tiket Kereta Blitar-Surabaya 5.500/orang
- Makan pecel tumpang + minum kira-kira 7.500/orang
- Naik bemo ke Trowulan 5.000/orang
- Masuk Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu se-ikhlasnya
- Naik Bus kira-kira 8.500/orang

Bila ada kekurangan mohon dimaafkan dari saya pribadi.
-Sekian-

No comments:

Post a Comment