Ramai dan riuh anak-anak sekolahan yang hendak makan ataupun yang sudah melahap makanannya di kantin sekolah. Hari itu suasana Surabaya saat itu amat panas sekali, hingga membuat anak-anak di kantin mengayun-ayunkan tangannya hendak meraih angin agar badannya tak kepanasan. Si Budi dan kawan-kawannya juga berpesanlah kepada pemilik kedai hendak memesan mie ayam kesukaannya. Tak menunggu cukup lama, pesanan itu pun diantarkannya kepada si pemesan dan tak menuggu lama pula habislah makanan yang mereka pesan.
Seperti biasanya, mereka tak berniat hendak meninggalkan bangku dulu kemudian masuk kelas. Tapi jiwa cangkrukan mereka ada kerana masih muda-mudalah mereka. Ditengoknya Budi kanan-kiri depan-belakang melihat sekitaran tempat duduk mereka, dan ada suatu saatlah Budi tak menoleh lagi ke sisi yang lain. Budi hanya terpaku dengan seorang manusia yang dianggapnyalah hampir sempurna.
"Hei bud, lihat siapakah engkau bud ?" tanya Alim teman Budi, yang lantas Budi menjawab dan melenggangkan matanya dari tempat asal ia terpaku tadi, "Ah enggak, cuman lihat-lihat orang saja."
"Oh... kalau begitu ayo kita balik ke kelas."
"Oke ayo... " sahut Budi, sambil ia melangkah sesekali Budi mencopet-copet pandang pada sosok perempuan itu.
Dalam hati Budi bertanya-tanyalah ia siapa perempuan itu, dikelas manakah ia tinggal, jurusan mana yang ia pilih di SMK ini. Pertanyaan tersebut selalu teringatnya dalam lamunan sampai hendak ia pulang dan sekolah membubarkan kerumunan siswa yang duduk rapi di kelas. Dan dicobanyalah Budi memandang-mandangi kanan-kiri depan-belakang siapa tau hendak menjumpai wajah yang imut dan pipi yang montok itu lagi. Tapi usaha Budi sia-sia, ditunggunya di depan gerbang si perempuan tadi malah tidak menunjukkan pipi montoknya itu. Walhasil, pulanglah Budi dengan pertanyaan dalam hatinya lagi.
Keesokan harinya tanpa sengaja Budi melihat perempuan yang kemarin lagi, tak tak disangkanya ternyata perempuan tadi mengambil jurusan yang sama dengan Budi yaitu Multimedia tapi yang disanyangkan oleh Budi kenapa tak dibuatnya sekelas dengan Budi saja. "Tak apalah, toh satu jurusan juga." berkata Budi dalam hatinya sambil senyum-senyum sendiri bibir lahirnya.
Terus dilihatnya perempuan itu dari kejauhan oleh Budi tapi dilihatnya lebih lama lebih hari lebih bulan, berubahlah dimata Budi perempuan itu cuek. Mulailah hati bertanya-tanya "Apakah diriku tak pantas mendapatkan dirinya ataukah ia sudah memiliki orang terpercaya dan spesial ?"
Pertanyaan tersebut lagi-lagi dan lagi membayangi Budi, sehingga diambillah jalan bahwa ia akan fokus pada pelajarannya, melahap ilmu dari pengajarnya, peroleh kawan-kawan yang banyak. Tapi tak jarang pula si perempuan itu teringatnya dalam angan-angannya saat melamun sendiri di depan rumah saat binatang-binatang malam bercarian makan.
Pertanyaan tersebut lagi-lagi dan lagi membayangi Budi, sehingga diambillah jalan bahwa ia akan fokus pada pelajarannya, melahap ilmu dari pengajarnya, peroleh kawan-kawan yang banyak. Tapi tak jarang pula si perempuan itu teringatnya dalam angan-angannya saat melamun sendiri di depan rumah saat binatang-binatang malam bercarian makan.
Beriring waktu, Budi naiklah ke kelas 2. Bergembirannya ia sekaligus bersedihlah ia kerana akan hilanglah ia dan perempuan menuju tempat prakerinnya (praktek kerja industri) masing-masing. Di tempat prakerin, Budi kerap kali melamun hingga tak jarang ia mendapat teguran dari karyawan-karyawan tempatnya bersemayam.
Bulan ke-3 setelah ia memulai prakerin, usailah sudah ia prakerin yang membekali ilmu-ilmu seputaran multimedia. Budi sangat amatlah bergembira, bukan karena menerima gaji seusai prakerin, akan tetapi ia senang karena akan bertemu akan perempuan yang sampai saat ini belum juga ia kenalnya. Bila-bila Budi tanya kepada kawannya, akan malulah ia dan biarlah ia tak tau nama perempuan itu.
"Alhamdulillah kita semua naik lim satu kelas." bercakapnya ia dengan Alim, di masa-masa menjelang UNAS itulah Budi agak sedikit gugup menghadapi ujian yang mendalangi banyak siswa tidak lulus SMK. Tapi pada suatu event jurusan saya ditugaskannya menjaga stand movie, jadi rasa gugup akan ujian sedikit hilang. Tak sampailah disitu kesenangan yang dirasa Budi, dijaganya stand movie tersebut bersama perempuan yang didambanya sejak kelas 1 yang lalu. Bahagia sekaligus guguplah ia berdekatan dengan perempuan itu, cukup lama juga Budi dan perempuan itu hanya menunggui stand tersebut. Akhirnya dimulailah dengan Budi memberanikan diri bertanya basa-basi, "Kenapa kok kamu milih jurusan multimedia ?" tanyanya dengan gugup.
"Aku juga gak tau, soalnya pas saya lihat multimedia memiliki batas nilai yang paling tinggi dan saya anggap itu jurusan terbaik di sekolah ini." jawabnya dengan suara merdu. "Kalau kamu kenapa kok masuk multimedia ?" lanjutnya ia bertanya.
"Kalo aku ya suka dengan pelajarannya, entah itu tentang desain, entah itu seperti ini (pertelevisian) dan lain sebagainya." terang Budi.
Tak hanya soal jurusan ia berbincangnya dengan perempuan itu, tapi hendak kemana ia selepas lulus nanti; melanjutkannya kuliah atau mencari pekerjaan.
"Engkau lulus ini hendak kemana ? Melanjutkankah ? atau Bekerja ?" tanyanya Budi dengan rasa penasaran ingin segera dijawabnya.
"Kalau aku sudah dapat pekerjaan di daerah Surabaya barat." jawab perempuan itu.
"Oh iya... hampir lupa."
Tak hanya soal jurusan ia berbincangnya dengan perempuan itu, tapi hendak kemana ia selepas lulus nanti; melanjutkannya kuliah atau mencari pekerjaan.
"Engkau lulus ini hendak kemana ? Melanjutkankah ? atau Bekerja ?" tanyanya Budi dengan rasa penasaran ingin segera dijawabnya.
"Kalau aku sudah dapat pekerjaan di daerah Surabaya barat." jawab perempuan itu.
"Oh iya... hampir lupa."
"Lupa apanya ?" tanya perempuan itu.
"Saya kan belum tau nama kamu." berkatanya Budi smabil tersenyum malu-malu.
Dibalasnya senyuman itu sambil berkata,"Nama saya Intan, nama kamu Budi kan ?"
Terkejutnya Budi setelah Intan tau namanya. "Kok kamu tau nama saya ?" tanyanya Budi seperti orang hendak merampok.
"Saya diberitahu oleh panitia kalau saya menjaga dengan anak yang bernama Budi." tersenyumnya Intan kepada Budi. Budi pun membalas dengan senyuman dan hanya berkata sekedarnya "Oh..."
Hampir-hampir Budi keGRan dibuatnya.
"Saya kan belum tau nama kamu." berkatanya Budi smabil tersenyum malu-malu.
Dibalasnya senyuman itu sambil berkata,"Nama saya Intan, nama kamu Budi kan ?"
Terkejutnya Budi setelah Intan tau namanya. "Kok kamu tau nama saya ?" tanyanya Budi seperti orang hendak merampok.
"Saya diberitahu oleh panitia kalau saya menjaga dengan anak yang bernama Budi." tersenyumnya Intan kepada Budi. Budi pun membalas dengan senyuman dan hanya berkata sekedarnya "Oh..."
Hampir-hampir Budi keGRan dibuatnya.
Acara yang dinikmatinya oleh Budi berakhir, dan berakhir jualah kebersamaan Budi dengan Intan. Tapi awal pertemanan dari event itu dilanjutkannya pada sebuah ponsel entah itu sms ataupun telpon dan Budi dan Intan semakin waktu semakin dekat mereka berdua. Sampai pada suatu waktu Intan bercerita, "Saya telah putus pekan lalu dengan Teguh, karena kita sudah gak ada kecocokan. Seakan-akan kita saling memenangkan ego sendiri."
"Kamu yang sabar yah, mungkin kamu lebih cocok dengan yang lebih baik dari Teguh." jawabnya Budi, sambil berkata dalam hati "Ternyata benar Intan sudah punya pacar sebelumnya."
Kedekatan Budi dan Intan pun berlanjut... .
--------------------------------------
Sekian dulu, akan saya sambung pada yang selanjutnya...
(Kisah fiksi ilmiah ini saya ambil dari sebuah teman yang curhat dengan menuliskan pada blog pribadinya.)
"Kamu yang sabar yah, mungkin kamu lebih cocok dengan yang lebih baik dari Teguh." jawabnya Budi, sambil berkata dalam hati "Ternyata benar Intan sudah punya pacar sebelumnya."
Kedekatan Budi dan Intan pun berlanjut... .
--------------------------------------
Sekian dulu, akan saya sambung pada yang selanjutnya...
(Kisah fiksi ilmiah ini saya ambil dari sebuah teman yang curhat dengan menuliskan pada blog pribadinya.)
No comments:
Post a Comment