Monday, January 6, 2014

Flash Fiction : Hari Yang Ditunggu

Sebuah surat kabar, memberi sebuah pengkabaran
"Seorang anak angkat mungkin menyimpan banyak penat hingga akhirnya kendat di langit-langit rumah adat."
***
Terungkaplah semua rahasia sebab musabab terbaringnya seorang anak berselimut putih di bawah pusaranya.
Hari sebelum malam kejadian, terlihatnya ceria anak itu entah menunggu apa entah menunggu siapa. Ditengoknya mamak angkat ke kamar Seli pada malam hari, terlihatnya bahwa si Seli belum juga masuk dalam mimpinya.
"Ternyata belum tidurnya engkau hingga larut, Sel ?" tanya Mamak angkatnya Seli.
"Belum mak, entah kenapa jantungku berdetak kencangnya." jawab Seli.
"Kenapalah jantung engkau Seli ? sakitkah engkau ?" bertanyanya dengan gelisah.
"Tidak juga mak, Seli sehat-sehat saja."
"Kalau begitu tidurlah engkau, malamnya sudah larut begini !" perintahnya mamak.
"Baiklah mak." menjawabnya Seli sambil mengangguk.
---
Dilihatnya Seli bangun dengan cerianya, dan berangkatlah ke sekolah dengan senyuman tak seperti biasanya.
Tetapi mukanya pun berubah 360 derajat saatnya pulang. Ditanyanya oleh mamak,"Kau berangkat dengan ceria kau pulang dengan gundah, apalah penyebab kau begini nak ?"
"Sekiranya tidak mengapa mak." jawab Seli dengan wajah menekur kebawah sambil melenggang menuju kamar hingga malam hari.
Dipanggilnya Seli di kamar untuk diajaknya oleh mamak makan malam bersama, tapi tak juga kunjung dibuka pintu itu.
Setelah didobraknya pintu, mamak terkejut mendapati kepala Seli berkalungkan tali tampar terikat di langit-langit rumah.
Kemudian didapatinya sepucuk surat yang berbunyi, "Hari yang kunanti, kejutan yang kuingini, hadiah yang kudambai, pada hari spesial ini tak kunjung ku dapati. Mungkin diriku anak angkat dipandangnya setengah lihat. Aku akhiri saja, tenang menuju ke alam baka."
Berdo'anyalah sang mamak "Wahai anakku engkau tlah tersesat, engkau menuju akhirat, yang surga bakal tak kau dapat, kerana engkau hanya memikirkan kesenangan sesaat."

No comments:

Post a Comment