Monday, May 8, 2017

Sekejap dalam Terang Berderang

"Saya ingin menjadi presiden, saya ingin membenahi negeri ini !!" seru kang Nono dengan lantang sambil memukul-mukulkan kentongan.

Sangat kreatif kang Nono ini, agaknya ia pernah belajar sedikit tentang alam bawah sadar, mungkin benar. Ia membangunkan orang-orang sahur dengan teriak-teriak kata tersebut berkali-kali agar segera terbangun raga yang masih tertidur didinginnya malam-pagi atau pagi-malam-pagi-buta  menjelang waktu subuh, serta pesan yang dibawa oleh kang Nono bisa masuk ke qalbu ke jiwa ke alam bawah sadar orang-orang.

Lelah juga agaknya kang Nono setelah berputar keliling kampung membangunkan orang untuk tidak telat memakan sahur. Hikmah rutin yang didapatkan kang Nono ialah setiap selesai melakukan "serangan-fajar"nya, kantung kresek hitam yang selalu ia bawa sudah mesti terisi makanan buahan sayuran nasian cemilan pokoknya yang bisa dimakan untuk sahur, diberi dengan ikhlas oleh orang kampung yang berterima kasih atas aksinya tersebut.

Lumayanlah hemat biaya makan pas bulan Romadhon, tapi ingat atuh kang Nono jangan dimanfaatin itu bulan Romadhon, jangan seperti orang atas yang bikin program bantu orang bawah eh lah kok ternyata malah cari obyekan buat dirinya sendiri.

Kang Nono tak lupa juga dengan dataran yang dipijaknya, dari hasil "profesinya" memberi semangat membenahi negeri ini sering pula ia makan bersama dengan kawan-kawan se-"profesi"-annya. Kalau hanya dapat kurma 5 keping juga dimakan bersama-sama ditambah minum air putih yang banyak agar awet kenyangnya.

Kang Nono yang mengabdi di kampungnya sebagai garda terdepan keamanan dan kenyamanan kampung, disaat bulan Romadhon kang Nono menyerahkan kepada masing-masing individu yang berpuasa. Toh orang puasa minimalnya bisa nahan hawa nafsu, gak berbuat keonaran. Kecuali si Onal pada cerita sebelumnya yang emang tukang bikin onar.

Taukan maksudnya paragraf di atas ? kang Nono berpuasa sambil bertidur sejak ngobrol-ngobrol setelah subuh hingga adzan duhur terdengar, itu pun kalau terdengar. Singkat cerita kang Nono menghabiskan waktu puasa dengan bobok.

Salah satu yang membuat kang Nono bersemangat adalah ketika ia ditanya tentang pahlawan-pahlawan Indonesia. Terperinci sekali penjelasan kang Nono ini, pahlawan dari Aceh Jawa Kalimantan Sulawesi hingga pahlawan tanpa tanda jasa pun diceritakannya. 
Agaknya kang Nono lebih cocok untuk pahlawan yang terakhir ini.

Ketika di masjid-mushola lain semua orang menunggu bukaan puasa hari ini, namun berbeda dengan mushola yang satu ini. Semua orang menunggu kang Nono bercerita tentang pahlawan, ditemani Mas Ali, kang Nono menceritakan dengan cara guyonan dan peragaan-peragaan yang aneh-aneh jadilah tambah betah karena guyonan dobel itu. Lawan main lakon kang Nono adalah si Onal, kalau-kalau ada nama pahlawan yang ada huruf R-nya mesti disuruh kepada si Onal untuk mengulangi, Sudilman Diponegolo Sukalno Ucil Uslok Pak Laden. Sambil nyengir si Onal.

Oke, kembali ke kang Nono. Tak terasa sudah orang-orang menjaga puasanya hingga adzan magrib sembari nonton "wayang-orang-kang-Nono". Karakter kang Nono mengenai kenegaraan agaknya cocok untuk bulan Romadhon, karena ia telah menghadirkan semangat perjuangan, tak hanya perjuangan lapar dan haus, lebih dari itu perjuangan untuk bangsa dan negara harus tetap dilakukan meskipun badanmu lemah badanmu tak cukup tenaga badanmu sedang nyaman dalam dingin, tapi jiwa semangat tetap membara.

***
"Saya ingin menjadi presiden, saya ingin..." orasi kang Nono saat kampanye pilpres.

Mei, 2017.

Saturday, May 6, 2017

Pemuda Di Pertempuran Singkat

Ia bernama Purno namun saat perkenalan dirinya menyebut Pulno dengan keahlian merubah R menjadi L alias sebutan populernya cadel. Di kampung Purno selalu membuat onar maka mendapat julukan Onal dengan khas cadelnya. Si Onal sering membuat gaduh memanjat pohon mangga tetangga, mengejar ayam peliharaan orang, memaksa kucing untuk memakan makanan yang ia berikan, begitulah keonaran yang Onal lakukan. Sehingga warga kampung terkadang sangat kesal bila anaknya bermain-main dengan si Onal, alasannya takut tertular nakal, bahkan dekat 5 meter pun sudah diberi lampu kuning, peringatan, oleh orang tua masing-masing anak.

Penulis hendak menghadirkan karakter lain pada diri si Onal selain memang dirinya memang tukang bikin onar. Si Onal juga saban sore hari rajin betul menyambangi mushola untuk mengaji, jam  mengaji yang dimulai ba'da ashar, si Onal datang sebelum ashar. Bukan si Onal kalau tidak dengan perilaku khasnya. Si Onal datang sebelum ashar hanya menunggu jam mengaji, kalau adzan dan iqomah tlah terdengar, si Onal hanya duduk di pojokan mushola, tak ikut jamaah sholat Ashar. Memang aneh si Onal ini. Tapi tak apalah ketimbang pas solat jamaah dia bikin onar, batin orang-orang.

Enaknya kalau sepulang solat ashar adalah sandal sudah tertata dengan rapi. Pelakunya yah si Onal lagi si Onal lagi. Aneh memang kelakuannya.

Dilihatnya oleh orang-orang sembari memakai sendal masing-masing bahwa si Onal asik membuka-buka buku iqra'nya. Hanya berkomat-kamit tanpa suara dia membaca iqra'nya. Kadang kalau ketahuan berkomat-kamit malah si Onal beradegan macam dukun-dukun di tv dengan mata dipejamkan lalu tangan diayun-ayunnya ke samping dan ke depan, akhirnya semburan keluar juga dari mulut si Onal. Meskipun semburan tanpa air, adegan terakhir tersebut berhasil membuat orang yang melihatnya ingin melemparkan sendal kepadanya, untung saja mushola itu adalah tulisan "Batas Suci".

Setelah waktu ngaji dimulai seperti biasanya oleh Mas Ali diberi kesempatan untuk para santrinya bertanya. Apapun pertanyaannya, segala macam, umum, bebas, pokoknya akhir kalimat bernada tanya boleh diungkapkan. Mata Mas Ali pertama-tama selalu tertuju pada si Onal karena gemar sangat ia diabsen bertanya pertama.

Pertanyaan Onal hari ini adalah apa toh NKLI itu mas ustad ? kok di tipi-tipi NKLI halga mati.
Mas Ali menjawab NKRI itu Negara Kesatuan Republik Indonesia, harga mati itu maksudnya yah kita harus mempertahankan kesatuan persatuan Indonesia ini.
Oh gitu toh mas ustad jawabnya si Onal sembari matanya melihat ke atas sambil tangannya memegang dagunya, macam orang berpikir serius.
Mas Ali yang sudah hafal dengan gelagat si Onal yang demikian sengaja menunggu, pasti ada pertanyaan tambahan lagi.

Tapi mas ustad, kenapa kok negala kesatuan leruplik indonesia ? gak yang lingkas-lingkas aja gitu lho, negala indonesia atau enggak lepublik indonesia kan udah masyhul (masyhur). Kenapa kok pake kesatuan, emangnya dulu indonesia pelnah jadi dua yah telus jadi satu.
Mas Ali ogah-ogahan menjawab karna bingung juga, mungkin pbaca bisa menjelaskan alasannya kenapa, pokoknya dulu Belanda itu bikin sebutan RIS (Republik Indonesia Serikat) terus sama Pak karno diubah menjadi NKRI. Udah atuh Nal, temen yang lain mau ada yang bertanya tuh, nanti waktunya habis ngeladenin kamu.

Si Onal langsung melotot pada teman-temannya sambil menoleh ke kanan ke belakang kemudian ke kiri ke belakang, pasang muka garang niatnya, lalu nyengir deh seperti biasanya ke Mas Ali.
Saat pertandingan sepak bola pada babak final piala Jaya Wahana Sakti biasa disingkat JWS yang mempertemukan antara Indonesia dengan Malaysia. Si Onal ikut nimbrung nonton bareng di warung, tentunya si Onal tak membeli makanan apapun di warung juga tak duduk di warung, lebih tepatnya di seberang warung. Lumayanlah bisa bersemangatkan Indonesia kalau mendukung tim sepakbola Merah Putih.

Derita nonton di seberang warung ialah kadang hanya melihat kepala atau punggung penonton, yang penting suara masih terdengar, atmosfir Merah Putih membara.
Jengkel juga si Onal kalau melihat punggung orang lama-lama, diserbunya dengan kerikil orang-orang yang ada di warung itu. Kemudian berlarilah si Onal ketika orang-orang sadar bahwa yang menimpuki dengan batu ialah dirinya. Berlari sambil berteriak dengan lantang "INDONESIA" diiringi tepukan tangan dengan tempo cepat sebanyak 2-2-1, begitu terus sampai si Onal berlari jauh.
Orang-orang di warung dan pemilik warung geram dengan keonaran si Onal, mengacung-acungkan tinju mereka berkata diulang-ulang. Nah Si Onal. Nah Si Onal.

NAH SI ONAL.



Mei, 2017

Friday, May 5, 2017

Tidur Semalam Aku Ditemani oleh Cak Nun

Melihat berkali-kali secara langsung saat "pengajian" bareng beliau di Surabaya maupun Gresik, namun hanya sekali saja aku berhasil menjabat tangan Cak Nun, yaitu pada tadi malam, saat aku bermimpi bersama Cak Nun. 

Mimpinya seperti terasa nyata, dan aku memang inginkan pertemuan tadi malam menjadi kenyataan. Beliau dengan saya saling bersalaman kemudian bertutur bahwasannya saya pandai pidato dan orasi. Lha kok si Cak Nun kawe ini lucu, saya ini sangat pemalu kok bisa-bisanya pandai pidato dan orasi.

Tak berhenti sampai disitu saja, hingga aku dipanggil oleh Cak Nun, ingin diberitahukan atau apalah itu namanya, pokoknya saya merasakan pada waktu itu duduk bersila di depan orang-orang yang tidak saya kenal. Dan mereka menyebut-nyebut angka 6 atau mungkin keenam. Saya lupa.

Yang sangat saya khawatirkan ialah apakah Cak Nun hendak berhenti atau dihentikan oleh dirinya sendiri (entah mengapa dalam mimpi pun, orang bisa berprasangka. Atau inikah rasanya mengendalikan perasaan dalam mimpi). 

Saat Cak Nun mengadakan acara di serambi mekkah atau Aceh (entah juga kenapa mesti di Aceh), saya menghadiri acara beliau disana. Namun, karna kelelahan perjalanan, waktu bergulirnya acara, saya pun tertidur.

Tolong... ini hanya mimpi. Bunga tidur kata orang-orang bilang. Dan saya ingin bunga itu harum semerbak terus, hingga tinggal satu kelopak bunga saja pun.

Cerpen yang pendek

Dalam dunia yang gelap dan gulita terjadi getaran hebat. Getaran ini tak dapat dilihat, namun rasanya sangat memuakkan. Sangatlah kacau, hingga manusia pun kebingungan merangkaikannya agar bisa dimengerti yang lain.
Kehebohan ini dimulai ketika puisi dan pantun saling membanggakan dirinya sendiri. Puisi memuji dirinya paling halus lembut karna mengekspresikan hati, serta bisa keras dan menggetarkan dikala ingin mendobrak hati. Namun, pantun yang juga memiliki karakteristik demikian adanya pula ikut menimpali bahwa sejarah peradaban manusia tak dapat dipisahkan dari diri pantun.
Setelah lama-lama beradu "bangga", keluar jugalah jumawa mereka. Puisi menyebut-nyebut Gibran, pantun menyebut-nyebut kebudayaan Melayu. Puisi menunjuk pantun kuno dan hampir punah, pantun menunjuk puisi bodoh dan tak lagi berestetika.
Maka, ikutlah berduduk si filsafat. Cinta kebijaksanaan yang satu ini hendak menengahi agar tidak menimbulkan kegaduhan yang berlarut-larut. Akan tetapi, karena bijaksananya filsafat hingga tertuduh ikut-ikut membanggakan dirinya sendiri bukan melerai. Karna filsafat juga mengikut-ikutkan abad-abad sebelum Masehi.
Bertigalah mereka mengguncang-guncangkan tempat gelap gulita tersebut. Dari perdebatan yang sengit ini, ditakutkan tempat yang aman, gelap, sunyi, dan gulita akan menjadi bersuara bermusik bercahaya berwarna bernuansa. Karena seyogyanya mereka menyukai kerahasiaan.
Turunlah ayat suci, berada di tempat perdebatan ketiga makhluk tersebut, ayat suci seperti utusan yang memang ditakdirkan hendak mendamaikan sesiapa sahaja. Ayat suci menyebut bahwa ia ditulis Ilahi agar supaya kejadian perdebatan menjadi persahabatan. Pertikaian menjadi keakraban. Begitulah kiranya ayat suci mengambil peran.
Ayat suci berpendapat kedudukan sesuatu itu bergantung kepada siapa yang membuatnya.
Filsafat kelihatannya mengambil langkah cepat berargumen bahwa kami juga diciptakan oleh Yang Maha Membuat oleh Yang Maha Berpikir, makanya kami ada. Pantun menjawab Ia tak dibantu namun membuat segala, kami dari Yang Satu ialah Allah Ta'ala. Puisi melengkapinya dengan sang fajar sang matahari sang surya sang senja dari situ aku merasai cinta dari-Nya.
Benarlah memang adanya, bahwa semua ini diciptakan oleh-Nya.
Aku huruf, kalian berempat (puisi pantun filsafat ayat suci) hanyalah dari kalimat, kalimat dari kata, kata dari huruf. Maka apa yang engkau banggakan bila tiada huruf. Tanpa ada kata, semua ini tiada. Tanpa ada kata, ku tak bisa bercerita. Tanpa ada kata, perpisahan hanya di alam pikiran.
Hingga jatuhlah tempat gelap yang menjadi perdebatan sengit itu, jatuh sejatuh jatuhnya. Jadi apakah tempat tersebut ?? jadi terang kah atau bersinar kah ?? entahlah.

Mei, 2017.

Thursday, April 27, 2017

Pohon Ingatan

masih ingatkah kamu, kekasihku ?
ada bangsa pendiam di tengah kota yang cawangnya digantungi dengan nama-nama
pasangan muda-mudi, udzur yang ditinggal mati
siapa yang berlaku jatuh atau patah hati pernah mengikatkan janjinya pada ketinggian yang toska
harapan tumbuhnya hubungan yang tanpa usikan dan tanpa terudar
sementara di bawahnya, meningkar kanopi sebagai restu untuk saling menemukan
ku sebut tempat manusia saling memberi tanda
kita pun pernah berpiknik di atas pemakaman yang rimbu itu, sayang...
saling mengenal sementara kita menamai jasad-jasad tua
memahat epitaf dengan berbagai peristiwa
semesta macam bapak yang menjaga seorang anak; menyumbang cuaca yang paling tanak
gerimis wangi musim panas adalah berkah bagi serangga penyanyi yang berumah di dalam tanah
angin yang tak pernah marah, dan senja merah yang menyulam hati-hati turangga menjadi malam

masih ingatkah kamu, kekasihku ?
kisah klasik tentang kemarahan yang sudah namun belum habis suara
kesakitan yang berumur panjang bila tak ada yang mau mengalah
maka sebatang kecil Laurel yang merupa menjadi pohon ingatan
tempat manusia membumikan kenangan lalu menemukan kenangannya yang lain
aku mengingat keasyikan akan sebuah perjanjian
bahkan... sampai manusia mempertanyakan perihal kekekalan
bangsa pendiam itu sekarang lelayu;
tinggal sebuah tunggak dan menjadi agama baru
manusia berdoa dari tubir pembatas dan berterima kasih
karena usia cinta mereka kini hidup abadi dalam buku-buku
aku berdiri di sisimu dengan pertanyaan tadi
dahulu... Masih ingatkah kamu, kekasihku?
aku masih dengan pernyataan yang dinisba oleh kemarin
"aku tetap mencintaimu"
meski pohon ingatan telah ditebang oleh sesiapa
dan bagiku butuh lebih dari berlembar kesabaran
Sungguh.
untuk membacamu, aku tak butuh sebentuk ketaatan

(sumb er deehw ang)

Sunday, January 31, 2016

3088 MDPL

Melihat-melihat video dokumenter di youtube sebagai pengisi waktu begadang, tiba-tiba kok yah pingin ngetik tentang pendakian Argopuro. Disawang-sawang kok jadi terbawa suasana.
Jadi teringat setahun lalu “mencoba” melakukan perjalanan yang tanpa perencanaan sama sekali, hanya satu orang yang pernah kesana dari kami berempat. Saya pribadi sih merasa kepepet waktu kerja dulu. Dan dengan sedikit modal nekat, byasae lha arek suroboyo rekk… akhirnya motor ku parkir bis pun ku tumpangi.

Waktu
Berbicara waktu yang ditempuh, harus juga disesuaikan dengan jadwal penyambung uang. Yakni selasa berangkat dan jum’at malam harus sudah harus kerja lagi. Alhamdulillah wa syukurillah, waktu tepat sesuai jadwal, dan kami berempat berhasil foto-foto di puncak Argopuro. Start pos perijinan selasa pagi, sampai puncak kamis siang, finish pos perijinan jum’at siang. Dari Banderan (Situbondo) sampai Bremi (Probolinggo) ditempuh mlaku, nek gak wong sing pingin foto-foto gak koyok ngunu.

Logistik
Eits, mundur sedikit ke logistik yang kami bawa. Bodohnya, logistik baru ketahuan kalau hanya membawa kurang dari 10 mie instan, kopi, gula, beras, beberapa permen, dan cukup seingatku hanya itu saja. Serba kekurangan. Kalau dalam ilmu manajemen iki ora masuk blas, apa lagi kalau ketauan anak-anak pendaki wah bisa-bisa dibully. Ampun om aku cuman pingin selfie. Kembali lagi ke pembahasan logistik nggeh. Dan alhasil, penghematan makanan terjadi. Ikat pinggang harus dikencangkan. Air minum juga harus menggenang di lambung. Untuk pencukupan gaya “keterpaksaan” hidup hemat, menggunakan alternatif makanan sebagai asupan perut lainnya, yakni jamur-jamuran, selada air, dan alhamdulillah sekali para pendaki lain meninggalkan sampahnya, hingga sampah-sampah yang layak santap pun kami masak juga.

Syukurnya, 1 teman gak mau makan. Jadi dapat mengurangi jatah makan kami berempat. Dan untungnya lagi, kekurangan logistik kami tidak seperti di film-film, yang kelaparan dan harus makan bangkai temannya yang lain. Kan serem. Setelah hari terakhir dilalui, akhirnya telinga kami mendengar adzan dari kejauhan masih dalam hutan, dan itu adzan sholat jum’at, yeee kami gak sholat jum’at. Segitulah, sampai di warung kami mengadakan balas dendam habis-habisan, hingga tenggorokan susah menelan. Bahkan entah imajinasinya yang bagus, 1 teman tadi yang gak mau makan, saat masih berada di dalam perkebunan, bau bawang putih dikiranya aroma bakso. Bakso endasmu kono.

Mistis
Dimana pun, kalau gak bawa oleh-oleh mistis gak seru. Enggeh mboten ?? dan ternyata 1 teman sebut Reggae yang tak mau makan tadi ternyata ada pengalaman seyeem. Saat berjalan tengah hutan, malam hari, selepas isyak kira-kira, ia melihat sesosok mirip dirinya berlari menjauh, si Reggae ini harusnya kelelahan tapi malah berlari mengejar, jalan nanjak pula. Omegot. Dan disaat waktu, tempat, momen yang sama. Saya pribadi saat melewati pohon besar yang tumbang, terpaksa naik melewati pohon tersebut dan istirahat sebentar di atasnya. Naudzubillah, bau busuk berseliweran, hawanya langsung panas. Dan tiba-tiba Reggae melakukan aksinya mengejar “Reggae2nd” yang saya jelaskan di atas.
Saat ngecamp hari terakhir di Danau Taman Hidup. Tidur-tidur, besok pulang. Keesokannya si Reggae berulah lagi saat baru bangun, katanya ada suara orang dirikan tenda di sebelah. Kan aku yah merinding toh, aku yah ngimpi ada orang dirikan tenda di samping. Aku penasaran lah, ku buka tenda dan eng ing eng. Seperti yang diduga, gak ada siapa-siapa, gak ada apa-apa, dan gak ada tenda yang gimana-gimana. Dan emang gunung Argopuro ini tergolong sepi, dan bukan bertepatan liburan juga.

Keindahan
Cerita tentang masalah logistik dan mistik di atas, kita enyahkan lah, itu pengalaman masing-masing. Dan pengalaman setiap orang dari Argopuro adalah savana/sabana/padang rumput yang membawa energi kekuatan aura penambah positif, bahkan ekstra joss pun kalah, begitu menurutku. Saat yang lain beristirahat di pohon bagai payung teduh. Tebak aku sedang apa ?? teeeeettt… yah berlari-lari di padang rumput yang sejuk, dan mengapa saya bilang savananya membawa energi kekuatan aura penambah positif. Karena saat aku berlari-lari tak merasa payahnya lah saye nih. Betul nak saye cakap nih.
Keindahan barisan bukit, padang rumputnya, air sungainya yang sejuk, danau taman hidup, jalur pesawat cikasur, bangunan cikasur, pinus-pinus, cemara-cemara, babi hutan berkeliaran, suara-suara merak, rusa yang berlarian, hewan-hewan primata, tumbuhan gatal biasa disebut tumbuhan “jancok”, burung-burung kecil, kelabang-kelabang di danau taman hidup, ratusan cacing membusuk di tengah jalur setapak, dan juga entah hewan atau apa yang berbunyi di balik rerumputan saat malam menemani perjalanan kami.

Kelucuan
Satu penutup dari cerita ini adalah, sebuah penghematan kepada uang. Saat melakukan pendaftaran, kami melakukan strategi dan simulasi bak perampok di tanah orang. Kami berempat berniat hanya membayar untuk 2 orang, dan sisanya sudah menunggu di hutan. Dan untuk beberapa menit rencana kami berhasil dengan penghematan gaya model lama. Namun, saat tracking tiba-tiba ada yang memanggil dari jauh. Ternyata ia sosok paling seram dan lucu, mengejar dari pos pendakian dengan masih terengah-engah nafas hampir habis, sembari memarahi kami karna hanya membayar separuh dari 4 orang yang ada. Kami dimarahi, dinasehati, direndahkan, dicampakkan, dikhianati, diduakan, dan LEBAY. Akhirnya kami membayar sesuai harga 4 orang saat itu.

Tindakan kami cukup beralasan, dikarenakan katanya tiket di pos habis, jadi kami harus membayar namun tidak ada bukti pembayaran berupa tiket masuk. Alhasil, kami tidak ada kenang-kenangan tiket pos Argopuro.
Pesan Moral
Naik gunung itu capek. Sumpah. Temenan aku iki. Ora mbujuk.
---------------------------------
Foto-fotonya taun lalu gan. No Pict Hoax jarene.

Tuesday, January 5, 2016

Sistem Pendidikan Integral

Pendidikan menurut pandangan Ustad Idris sebagai memanusiakan manusia, sedangkan arti integral sendiri ialah bulat atau utuh. Sehingga dapat disimpulkan pendidikan integral secara garis besar merupakan bentuk pengajaran tentang nilai-nilai kemanusiaan yang utuh, arti utuh disini dapat diartikan sesuai fitrah manusia. Dan fitrah manusia yaitu memiliki kecenderungan beriman terhadap ke-Esaan Tuhan. Tauhid. Kemudian dengan adanya suatu sistem, diadakannyalah tujuan akhir dari berbagai displin ilmu itu mengarah kepada keimanan terhadap Allah SWT.

Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Sehingga saya mencoba merefleksikan hal tersebut, jika ingin melakukan sebuah pengajaran terhadap manusia salah satunya ialah bagaimana memahami dan mengetahui konsep air, siklus air, sifat air, maupun manfaat dari air itu.

Konsep air, saya pernah mengetahui bagaimana penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan Jepang tentang bentuk air akan berubah bila dibacakan sesuatu padanya. Bentuk air dalam satuan mikro akan berbentuk indah dan teratur bila dilantunkan kata-kata indah, kata-kata pujian bahkan ayat-ayat al-Qur’an; pun sebaliknya jika diberi kata-kata semacam umpatan atau makian maka bentuk air jika dilihat dalam mikroskop akan berbentuk runcing-runcing tak beraturan. 

Siklus air hujan dalam Qur’an surat Ibrahim ayat 32, as-Sajdah ayat 27 dan surat az-Zumar ayat 21 merupakan sebuah alur yang sangat kompleks, dimulai dari air laut yang menguap kemudian menjadi awan-awan yang beriringan menuju atas perbukitan atau gunung dan menurunkannya hujan, sehingga air hujan tersebut bermuara lagi menuju lautan. Ini adalah sebuah perenungan bahwasanya pendidikan itu berlangsung terus menerus, berputar, mengalir dari Sang Pemilik Ilmu kepada para Nabi dan Rasul, kemudian para Sahabat Tabi’in Tabi’ut Tabi’in lalu diteruskan oleh ulama-ulama akhirnya mengalir kepada kita. Kesadaran bahwa kita akan berawal dan berakhir kepada Allah SWT. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.

Setidaknya ada beberapa sifat air. Meresap melalui celah-celah, pengajaran kepada siswa harusnya jeli mengambil celah-celah apa yang disukai oleh siswa dalam metode belajarnya masing-masing. Kapilaritas, ilmu hendaknya disampaikan secara perlahan atau merambat dari yang mudah dimengerti hingga naik pada tingkatan selanjutnya. Permukaan tenang/datar, pendidikan integral membutuhkan tingkat kesabaran atau ketenangan dalam pembelajarannya, bahkan juga dibutuhkan beberapa pengulangan agar siswa benar-benar faham. Menempati ruang, dalam artian pertemuan guru dan murid harus dalam satu dimensi ruang, sehingga benar-benar ada proses transfer keilmuan tersebut. Menekan keseluruh penjuru, seyogyanya pendidik juga memberikan penekanan-penekanan terhadap sebuah materi hingga diakhiri materi tersebut tanpa sedikitpun keraguan didalamnya.

Manfaat air. “… lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak…” QS Yunus ayat 24. Dan manfaat air dapat direpresentasikan menjadi kemanfaatan dari hasil pendidikan integral tersebut kepada masyarakat. Menumbuhkan sifat yang bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Menimbulkan sikap kebijaksanaan dalam pemanfaatan hewan, tumbuhan, dan hasil alam lainnya.