Melihat-melihat video dokumenter di youtube sebagai pengisi
waktu begadang, tiba-tiba kok yah pingin ngetik tentang pendakian Argopuro. Disawang-sawang kok jadi
terbawa suasana.
Jadi teringat setahun lalu “mencoba” melakukan perjalanan
yang tanpa perencanaan sama sekali, hanya satu orang yang pernah kesana dari
kami berempat. Saya pribadi sih merasa kepepet waktu kerja dulu. Dan dengan
sedikit modal nekat, byasae
lha arek suroboyo rekk… akhirnya motor ku parkir bis pun ku tumpangi.
Waktu
Berbicara waktu yang ditempuh, harus juga disesuaikan dengan
jadwal penyambung uang. Yakni selasa berangkat dan jum’at malam harus sudah
harus kerja lagi. Alhamdulillah wa syukurillah, waktu tepat sesuai jadwal, dan
kami berempat berhasil foto-foto di puncak Argopuro. Start pos perijinan selasa
pagi, sampai puncak kamis siang, finish pos perijinan jum’at siang. Dari
Banderan (Situbondo) sampai Bremi (Probolinggo) ditempuh mlaku, nek gak wong sing pingin foto-foto
gak koyok ngunu.
Logistik
Eits, mundur sedikit ke logistik yang kami bawa. Bodohnya,
logistik baru ketahuan kalau hanya membawa kurang dari 10 mie instan, kopi,
gula, beras, beberapa permen, dan cukup seingatku hanya itu saja. Serba
kekurangan. Kalau dalam ilmu manajemen iki
ora masuk blas, apa lagi kalau ketauan anak-anak pendaki wah bisa-bisa
dibully. Ampun om aku cuman pingin selfie. Kembali lagi ke pembahasan logistik nggeh. Dan alhasil, penghematan
makanan terjadi. Ikat pinggang harus dikencangkan. Air minum juga harus
menggenang di lambung. Untuk pencukupan gaya “keterpaksaan” hidup hemat,
menggunakan alternatif makanan sebagai asupan perut lainnya, yakni
jamur-jamuran, selada air, dan alhamdulillah sekali para pendaki lain
meninggalkan sampahnya, hingga sampah-sampah yang layak santap pun kami masak
juga.
Syukurnya, 1 teman gak mau makan. Jadi dapat mengurangi jatah
makan kami berempat. Dan untungnya lagi, kekurangan logistik kami tidak seperti
di film-film, yang kelaparan dan harus makan bangkai temannya yang lain. Kan
serem. Setelah hari terakhir dilalui, akhirnya telinga kami mendengar adzan
dari kejauhan masih dalam hutan, dan itu adzan sholat jum’at, yeee kami gak
sholat jum’at. Segitulah, sampai di warung kami mengadakan balas dendam
habis-habisan, hingga tenggorokan susah menelan. Bahkan entah imajinasinya yang
bagus, 1 teman tadi yang gak mau makan, saat masih berada di dalam perkebunan,
bau bawang putih dikiranya aroma bakso. Bakso endasmu
kono.
Mistis
Dimana pun, kalau gak bawa oleh-oleh mistis gak seru. Enggeh mboten ?? dan ternyata 1 teman sebut Reggae yang
tak mau makan tadi ternyata ada pengalaman seyeem. Saat berjalan tengah hutan,
malam hari, selepas isyak kira-kira, ia melihat sesosok mirip dirinya berlari
menjauh, si Reggae ini harusnya kelelahan tapi malah berlari mengejar, jalan
nanjak pula. Omegot. Dan disaat waktu, tempat, momen yang sama. Saya pribadi
saat melewati pohon besar yang tumbang, terpaksa naik melewati pohon tersebut
dan istirahat sebentar di atasnya. Naudzubillah, bau busuk berseliweran,
hawanya langsung panas. Dan tiba-tiba Reggae melakukan aksinya mengejar
“Reggae2nd” yang saya jelaskan di atas.
Saat ngecamp hari terakhir di Danau Taman Hidup. Tidur-tidur,
besok pulang. Keesokannya si Reggae berulah lagi saat baru bangun, katanya ada
suara orang dirikan tenda di sebelah. Kan aku yah merinding toh, aku yah ngimpi
ada orang dirikan tenda di samping. Aku penasaran lah, ku buka tenda dan eng
ing eng. Seperti yang diduga, gak ada siapa-siapa, gak ada apa-apa, dan gak ada
tenda yang gimana-gimana. Dan emang gunung Argopuro ini tergolong sepi, dan
bukan bertepatan liburan juga.
Keindahan
Cerita tentang masalah logistik dan mistik di atas, kita
enyahkan lah, itu pengalaman masing-masing. Dan pengalaman setiap orang dari
Argopuro adalah savana/sabana/padang rumput yang membawa energi kekuatan aura
penambah positif, bahkan ekstra joss pun kalah, begitu menurutku. Saat yang
lain beristirahat di pohon bagai payung teduh. Tebak aku sedang apa ??
teeeeettt… yah berlari-lari di padang rumput yang sejuk, dan mengapa saya
bilang savananya membawa energi kekuatan aura penambah positif. Karena saat aku
berlari-lari tak merasa
payahnya lah saye nih. Betul nak saye cakap nih.
Keindahan barisan bukit, padang rumputnya, air sungainya yang
sejuk, danau taman hidup, jalur pesawat cikasur, bangunan cikasur, pinus-pinus,
cemara-cemara, babi hutan berkeliaran, suara-suara merak, rusa yang berlarian,
hewan-hewan primata, tumbuhan gatal biasa disebut tumbuhan “jancok”, burung-burung kecil,
kelabang-kelabang di danau taman hidup, ratusan cacing membusuk di tengah jalur
setapak, dan juga entah hewan atau apa yang berbunyi di balik rerumputan saat
malam menemani perjalanan kami.
Kelucuan
Satu penutup dari cerita ini adalah, sebuah penghematan
kepada uang. Saat melakukan pendaftaran, kami melakukan strategi dan simulasi
bak perampok di tanah orang. Kami berempat berniat hanya membayar untuk 2
orang, dan sisanya sudah menunggu di hutan. Dan untuk beberapa menit rencana
kami berhasil dengan penghematan gaya model lama. Namun, saat tracking
tiba-tiba ada yang memanggil dari jauh. Ternyata ia sosok paling seram dan
lucu, mengejar dari pos pendakian dengan masih terengah-engah nafas hampir
habis, sembari memarahi kami karna hanya membayar separuh dari 4 orang yang
ada. Kami dimarahi, dinasehati, direndahkan, dicampakkan, dikhianati, diduakan,
dan LEBAY. Akhirnya kami membayar sesuai harga 4 orang saat itu.
Tindakan kami cukup beralasan, dikarenakan katanya tiket di
pos habis, jadi kami harus membayar namun tidak ada bukti pembayaran berupa
tiket masuk. Alhasil, kami tidak ada kenang-kenangan tiket pos Argopuro.
Pesan Moral
Naik gunung itu capek. Sumpah. Temenan aku iki. Ora mbujuk.
---------------------------------
Foto-fotonya taun lalu gan. No Pict Hoax jarene.