Akankah mentari mundur seketika kembali dari tempat ia terbit.
Bukankah tidak masuk akal bisa manusia dilahirkan tua, lalu tumbuh jadi balita.
Tak engkau pikirkankah masa depan menyerbumu.
Tapi tak sekali-kalipun kau maju bergerak menyambut mereka.
Kau hanya tiarap, dan takut akan masa depan tersebut.
Laluilah jalan kedepan, buatlah jalan yang baru.
Dengan tak pernah lupakan jalan dibelakang yang dipenuhi lumpur sejarah.
Mentarilah yang tunduk akan waktu itu. Sebagaimana waktu tunduk pada Rabb-Nya.
Dataranlah yang menjorok kedalam, bukannya gunung yang tinggi menjulang.
Tetap Allah berada pada puncak yang tertinggi.
Laluilah ingatan dan pikranmu akan masa depan yang samar namun pasti.
Daripada masa lalu yang jelas tapi basi.
Mengertilah masa lalu hanya deretan masa depan.
Masa depan sebelum yang namanya masa lalu itu terjadi.
Bukankah tidak masuk akal bisa manusia dilahirkan tua, lalu tumbuh jadi balita.
Tak engkau pikirkankah masa depan menyerbumu.
Tapi tak sekali-kalipun kau maju bergerak menyambut mereka.
Kau hanya tiarap, dan takut akan masa depan tersebut.
Laluilah jalan kedepan, buatlah jalan yang baru.
Dengan tak pernah lupakan jalan dibelakang yang dipenuhi lumpur sejarah.
Mentarilah yang tunduk akan waktu itu. Sebagaimana waktu tunduk pada Rabb-Nya.
Dataranlah yang menjorok kedalam, bukannya gunung yang tinggi menjulang.
Tetap Allah berada pada puncak yang tertinggi.
Laluilah ingatan dan pikranmu akan masa depan yang samar namun pasti.
Daripada masa lalu yang jelas tapi basi.
Mengertilah masa lalu hanya deretan masa depan.
Masa depan sebelum yang namanya masa lalu itu terjadi.



